Hallo Semuanya,
Sebenarnya saya ingin menceritakan kejadian pengalaman melahirkan saya ini sendiri karena request dari beberapa teman yang ketika saya posting di Instagram Story waktu melahirkan langsung bilang sudah ada ceritanya di blog belum. Memang belum ada, karena ini kejadian 1.5tahun lalu lebih tepatnya awal tahun 2018.
Dokumen pasca melahirkan |
Saya tidak akan memberikan tanggal kejadian lahirnya, karena itu merupakan privasi keluarga tanggal lahir anak saya yang tidak perlu orang lain tahu. Hal ini juga berlaku buat semua ibu yang lain untuk tidak mudah share privasi data anak ke publik seperti medsod. Saya hanya ingin menceritakan pengalaman saya melahirkan melalui proses Caesar yang sudah saya alami. Karena memang sampai saat ini banyak banget orang masih takut melahirkan secara caesar, bahkan hal yang paling bikin sedih ada yang bilang bahwa melahirkan secara Caesar bukan Ibu yang sempurna.
Sedih? Iya jelas saya sedih sekali saat dunia berkata seperti itu seakan ketika melahirkan secara Caesar ada judge bukan ibu yang sempurna atau apalah. Menurut saya sendiri setiap wanita berhak atas keputusan masing-masing ingin melahirkan dengan cara apa baik melahirkan normal maupun caesar. Karena memang yang paling mengerti diri kita masing-masing ya memang diri kita. Sampai dimana kemampuan kita untuk menghadapi persalinan apalagi sebagai ibu.
Waktu itu saat kandungan saya di usia 39 minggu sebagai kehamilan pertama saya sudah cuti kerja saat masih usia kandungan 36 minggu. Saat itu saya masih bekerja disalah satu bank swasta, melahirkan dengan jatah cuti 3bulan dimana sudah saya habiskan 3minggu pertama untuk istirahat saat hamil ini.
Kehamilan saya memang cukup menyenangkan sehingga saya sampai lupa saat itu bobot tubuh saya mencapai 79kg dari 57kg sebelum hamil. Heheheh Saking bahagianya hamil sampe lupa makan segalanya sampe badan sayapun melar. Keluhan saya sendiri adalah HB rendah saat hamil, sehingga yang saya lakukan adalah sering makan ati ampela ayam. Bahkan kalau saya enggak makan atau kurang asupan badan saya rasanya kliyengan bahkan sempet mau pingsan rasanya.
Dokter saya sendiri bernama dr. Aditya Kusuma, SPOG yang praktik di Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro. Sebenarnya saya sendiri dari awal kehamilan jujur masih belum memutuskan akan melahirkan di Rumah Sakit mana atau dengan dokter siapa. Karena malah di awal hamilnya pun saya malah periksa di Rumah Sakit Eka Hospital BSD.
Cuma karena saat itu saya tinggal kontrak rumah dikawasan bintaro saat hamil usia 4bulan saya mencoba periksa di Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro yang saat itu masih sangat baru. Saat itu saya sempet minta suami saya ingin banget bisa melahirkan disini karena tempatnya yang nyaman serta pelayanannya yang ramah. Suami hanya berkata hah duid dari mana…… Aku hanya menjawab nanti ada rejekinya ya moga aja… Amin…
Saat usia kehamilan 4bulan saya periksa menggunakan 4Dimensi untuk mengetahui jenis kelamin serta minor-minor atau kelainan apa saja yang ada didalam kandungan. Dokternya sendiri saat itu adalah dr. Azen dan diberitahu jenis kelamin anak saya sendiri adalah Perempuan serta alhamdulilah bayi yang saya kandung sehat serta tumbuh secara sempurna serta dibilang bisa melahirkan secara normal karena posisinya bagus.
Perjalanan kehamilan saya memang mungkin berbeda dari yang lain, bahkan setiap ibu punya cerita unik masing-masing. Nah, setelah cek periksa dibulan berikutnya saya malah cek kehamilan rutin tersebut balik ke Rumah Sakit Sebelumnya Eka Hospital BSD. Kemudian saya berpikir dalam proses perjalanannya selama hamil agak khawatir atau takut dalam melakukan persalinan secara normal. Sehingga ketika saya kontrol bulanan di Rumah Sakit mesti minta brosur harga melahirkan secara asuransi saya dikantor dan suami itu ada limitnya kan.
Baru setelah dibulan ke 6 kalau ga salah sempet ganti juga tempat kontrolnya di Rumah Sakit Ibu dan Anak Putera Dalima BSD. Memang rencananya pengen melahirkan di BSD awalnya kan dekat dengan Rumah Mertua. Saat di Putera Dalima saya konsultasinya dengan Dokter Taufik, SPOG. Nah, kenapa memutuskan pindah konsultasi kerumah sakit ini karena harganya lumayan terjangkau untuk melahirkannya. Bahkan di sini harga melahirkan Operasi Caesarnya cukup terjangkau juga menurutku.
Namun, ternyata memang kita harus punya mimpi ya keinginan saya terwujud saat saya ingin melahirkan di Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro ini. Jadi dibulan ke 7 saya sudah menetapkan dokter saya yang akan menemani saya lahiran adalah Dokter Aditya Kusuma, SPOG ini. Disitu bulan ke 7 saya mulai kontrol bulanan. Serta usia kandungan 8bulan juga kontrol kembali. Dokter Aditpun juga orangnya sangat pro lahiran Normal. Bahkan mengatakan saya bisa lahiran secara Normal.
Saat bulan ke 8 kalau gak salah di usia 35week itu waktu kontrolnya menjadi seminggu sekali kan, sayapun juga mengikuti kegiatan senam hamil setiap hari Rabu dan Sabtu secara Gratis saat itu di Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro ini. Intensitas saya sering sekali ke rumah sakit ini apalagi dekat dengan rumah yang berjarak kurang lebih 5km.
Waktu itu saat saya hamil dikehamilan akhir karena suami saya termasuk orang yang sangat sibuk terkadang saya kontrol sendiri ditemani teman kantor ataupun tetangga. Permasalah saya sendiri ya HB lumayan rendah, namun dokter Adit sendiri mengatakan dengan HB 10 ini sebenarnya sudah bisa melahirkan secara normal. Bahkan cek urine serta cek darah pun tidak ada masalah dikehamilan saya ini semua sehat dan bisa melahirkan secara normal.
Sempet ada sesi rahasia juga sih antara saya dan dokter bahwa ada rasa keinginan saya melahirkan secara Caesar atau Sectio karena saya gak pernah kebayang untuk melahirkan normal karena saya takut bermacam-macam. Namun harapan saya ditolak oleh Dokter Adit karena apabila memakai asuransi tidak bisa melakukan operasi caesar tanda ada indikasi medis gitu. Jadi kalau misal ada orang yang operasi caesar apalagi memilih tanggal cukup sulit terkadang diterima asuransi. Begitu….
Waktu itu tepatnya pagi hari dihari Rabu saya masih mengikuti senam hamil seperti biasa di Rumah Sakit saat itu kebetulan saya ditemani Ibu saya yang memang lagi liburan disini. Sore harinya saya sempat nonton tv dirumah dan mau solat asyar namun dikasur rasanya saya sempet basah atau ngompol. Saya hanya bilang sama ibu saya kok basah ya, ah mungkin ngompol. Kemudian hal itupun terjadi setelah magrib masih ada bekas seperti air di sprei kasur.
Ibu saya panik donk ya, disuruhlah saya kedokter atau ke rumah sakit untuk ngecek itu semua. Sampai di Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro saya langsung ke lantai 6 bilang sama suster perawatnya mau periksa kayak ada rembesan gitu. Kemudian dicek dengan kertas Lakmus warnanya berubah dan memang sepertinya pecah ketuban, kontraksinya pun dicek normal dan saya sudah bisa balik pulang kerumah karena cek VT pun tidak ada pembukaan apa-apa.
Suami saya menjemput saya dirumah sakit bersama ibu saya. Sempet ada perasaan ngomel juga ke Ibu waktu itu karena ibu saya kekeh kalau kamu dah mau lahiran itu dan lain-lain. Sampai dirumah waktu itu pukul 22.00 berganti baju daster saya pun lanjut kembali tidur bersama suami saya dikamar.
Pukul 03.00 dini hari tepat di hari Kamis rasanya kaki saya basah dan saya seperti mengompol tapi saya tidak bisa kendalikan keluar terus membasahi bagian bawah tubuh saya serta sprei dikasur. Sayapun berganti pakaian dari rumah berganti baju memakai dress panjang saat itu serta jilbab. Berangkat ke Rumah Sakit bersama suami serta Ibu saya.
Sampai dirumah sakit langsung ke UGD saya duduk di kursi roda karena kalau berdiri akan keluar terus airnya yang tak bisa ditahan menuju lantai 6. Waktu itu suami saya mengurus keperluan administrasi juga jika melahirkan pesan kamarnya untuk ketersediaan-nya.
Sampai di Ruang Obeservasi lantai 6 saya ditemani oleh suster dicek kontraksinya serta cek Lakmus ternyata memang sebanyak itu yang keluar adalah Air Ketuban. Saya tidak boleh banyak bergerak untuk mengkontrol air ketubannya supaya tidak banyak keluar. Saat itu masih berharap untuk lahiran normal dari Ibu maupun suami. Cek VT pun juga masih belum ada pembukaan. Bahkan kata suster ini pembukaan 1 aja tapi masih maksa.
Saya sendiri memang kurang nyaman jika harus cek VT ini ngerasa kayak kesakitan gitu bila ada sesuatu yang masuk di Miss V saya. Karena masih pembukaan 1 sayapun Induksi dengan diberikan perangsang untuk kontraksi yang bentuknya seperti infus.
Dokter Adit datang sekitar pukul 07.00 pagi saat itu mengkontrol keadaan saya, saat itu saya hanya boleh minum teh manis kalau gak salah puasa dulu beberapa jam. Tidak boleh makan yang berat-berat. Kemudian cairan induksi saya habis akhirnya digantikan yang baru. Proses induksi ini sendiri cukup lama namun tidak ada kemajuan sampai pukul 10.00. Cek VT pun juga masih pembukaan 1 atau sudah di Induksi namun tetap tidak ada pembukaan.
Pukul 12.00 dokter Adit memutuskan untuk segera menyiapkan segala perlengkapan operasi Caesar serta kesepakatan kepada pihak keluarga termasuk Suami dan Ibu saya sendiri. Akhirnya sayapun menenangkan diri dan menyiapkan mental semua akan baik-baik saja.
Saat sikecil baru lahir |
Sayapun berganti baju pakaian operasi dari rumah sakit dalam keadaan tidur, perut saya rasanya kempes seketika saat cairan air ketuban saya mulai habis pada siang itu. Bentuknya bukan lagi seperti bulatan gitu namun sudah seperti bentuk yang didalamnya ada manusia kecil didlmnya. Hehehe
Menuju ruangan operasi saya masih dalam keadaan tidur bahkan pindah kasur pun juga hanya duduk sedikit untuk pindah di ruang operasi. Masih inget saat itu di ruangan operasi terdiri dari beberapa dokter yaitu dokter anak, dokter anestesi, dokter bedah serta dokter kandungan. Oiya di ruang operasi ini saya ditemani suami saya. Suami saya ada disamping saya walaupun dia sendiri gak berani liat hanya menatap wajah saya.
Saya dipersilahkan duduk untuk di suntik anestesinya dibagian punggung belakang saya. Sakit banget pas waktu disuntik ini ya allah. Kemudian seketika rasanya kaki saya kebas tanpa berasa apa-apa. Proses operasinya pun dimulai dengan keadaan saya sadar atau mata saya masih bisa melihat bagian atas ruangan operasinya yang bentuknya seperti kaca.
Perut saya tidak terasa apa-apa hanya terasa badan saya terasa di goyang-goyang seperti mual seketika, tak terasa tau-tau anak saya lahir dan dikeluarkan oleh dokter Adit. Terdengar suara tangisan kecil pertama anak saya, seketika saya menangis meneteskan air mata. Kemudian anak saya dibalut oleh kain berwarna kuning diberikan kepada saya untuk di tempelkan kedada saya sebagai bentuk IMD (Inisiasi Menyusui Dini) yang dia kenali pertama kali adalah puting ibunya.
Saat melihat putri kecil pertama kalinya saya sangat kagum dan mengatakan cantik sekali nak kamu, jadi anak soleha dan pembawa rejeki ya nak. Hanya itu kalimat yang saya ucap sebagai doa saya. Kemudian setelah itu suami saya diminta pergi adzan in dia keruang bayi menemani anak saya.
Sayapun sendirian saat itu hanya menunggu proses operasi saya selesai dijahit, ditemani dengan dokter anestesy saya berusaha mengobrol dengannya agar tak canggung dan membuat saya tidak takut. Sampai dokter Adit berkata sudah selesai mbak Rara, hatiku lega rasanya. Ruangan Operasi yang begitu dingin. Operasi selesai dan saya kembali keruangan steril dihangatkan tubuh saya disitu saya tertidur sebentar kemudian kasur saya didorong menuju ruangan kamar saya.
Aku lupa lebih tepatnya magrib 18.00 saya sudah berada dikamar saya sendiri waktu itu isi kamarnya bertiga. Saya berada ditengah. Beberapa saudara sudah berdatangan untuk menjenguk saya. Sayapun belum bertemu kembali dengan anak saya, karena saya tertidur pulas sehingga bertemu lagi dengannya saat malam hari.
Saat pertama kalinya sikecil menyusu kepada saya. Pertama kalinya melihat anak saya secara langsung dari dekat sambil belajar menyusui. Rasanya seperti happy ending. Namun kehidupan saya bukan sinetron yang tiba-tiba ending.
Masih banyak PR yang harus saya lalui menjadi seorang ibu saat itu mulai dari memberinya ASI, tumbuh kembang, stimulasi, perhatian yang cukup serta memulihkan tubuh ini. Melahirkan secara Normal maupun Caesar semuanya itu sama. Tidak ada yang mana lebih enak, atau apalah. Karena setelah melahirkan kita punya tugas penting yang harus dipikirkan kedepan. Semoga tulisan ini bisa menjadi kenang-kenangan saya dan menjadi pelajaran buat kita semua. Mohon maaf apabila ada salah-salah kata. (By Rachmanita)
Ya ampyuuun, bayiknya lucuuuu
BalasHapusini yg dokumentasiin poto2nya siapa Mak?
Berkaaahh utk kelahiran buah hati, sekarang udah 1 th yak umur baby?
yang jelas jadi ibu tuh tugas yg beraaaatt. ga usah dengerin julidan netizen soal normal vs caesar ye kann hahahahah
--bukanbocahbiasa(dot)com
Ya Allah.. Mbak Rachmanita beruntung nih operasi bisa ditemenin suami. Waktu itu aku dua kali sectio nggak boleh ditemani suami.
BalasHapusKayaknya sekarang udah jarang kok yang sirik sama proses lahiran kita, kecuali yang (maaf) agak kuno ya orangnya.
Aaaah dedeknya lucu bangeeet.
BalasHapusMelahirkan sih buat aku, nggak penting ya mau caesar atau normal, yang penting ibu dan bayi sehat selamat. Bahagia bangeeet!
Gagal fokus sama adeknya yg ucul Masyallah begitu lahiran, Mbak
BalasHapusSelama ini cuman denger proses melahirkan secara SC dari mbak ipar, dari ceritanya mbak Rara, jadi lebih tahu dehh prosesnya saat SC, apalagi ada photonya juga
Maakaasihh yahh Mbak
Mau partus vaginal ataupun CS namanya ibu ya tetap ibu doonkk... ga ada yang lebih sempurna hehehee... Sama-sama perjuangannya kan. Tetap semangat menyayangi buah hati yaaa... Di situlah letak perjuangan seorang ibu sebenarnya, bagaimanapun cara melahirkannya. setuju?
BalasHapusSama ya mba rara. Aku juga lahirannya sesar. Maunya normal tapi apa daya akhirnya di cesar juga. Soalnya aku lewat HPL terus tiba-tiba ketuban juga pecah, diinduksi tetep nggak ada pembukaan juga. Akhirnya cesar deh. Allhamdulillah metode cesar udaj ditemukan ya. Kalau belum bisa bahaya kita dan anak kita ya
BalasHapusSaya juga lahiran cesar dan aku juga menganggap bahwa semua ibu ya sama saja mau lahiran cesar atau nggak karena semua sudah lewati proses yang butuhh perjuangan
BalasHapusSaya dua kali cesar, Mbak, minder di awal aja, sekarang mah bodo amat, wkwkwk. Dua kali cesar punya dua cerita. Rasanya amazing aja bisa melalui keduanya dengan lancar dan selamat.
BalasHapusBagi saya, lahiran normal atau caesar, sama-sama tetap seorang wanita. Karena setiap keputusan yang diambil oleh dokter atau ibu itu sendiri pasti memikirkan untuk kebaikan buah hatinya. Dan tentunya ingin ibu dan bayinya selamat juga. Bodo amatlah ya,Mbak, yang ngejudge ibu gimana kalau lahiran caesar. Lah kok saya sewot, hihihihi. Bayinya lucu.. gemesiin...
BalasHapusWah, aku malah belum sempet mau nulis di blog pengalaman melahirkan. Menurutku mau normal atau sesar, seorang ibu ya tetap ibu seutuhnya. Karena pengalaman hamil dan melahirkan adalah pengalaman luar biasa dlm hidup seorang perempuan. Jadi, semangat Mba Rara...
BalasHapusDuh, dhekbay baru lahir tapi terlihat spt usia beberapa bulan, gemes.
BalasHapusBeberapa waktu lalu, kakak ipar melahirkan juga melalui CS, pdhl anak pertama melahirkan normal. Namanya proses bersalin, CS maupun normal, sama-sama proses persalinan yang luar biasa. Kakak ipar saya bisa bilang demikian karena sudah ngalamin sendiri persalinan normal dan CS
Senangnya suami bisa nemeni. Aku dua kali sc ga boleh ditemani mbak. Dan itu memang abis sc sakit banget,. Yang lebih sakit dinanak pertama aku dah bukaan 9 tapi tetap hrus di sc krn ada masalah
BalasHapusAku dulu pas lahiran secar gak ditemani karena tidak diperbolehkan oleh dokter rumah sakit. Soalnya waktu SC sekalian mau ngangkat miom dan di khawatirkan nanti suaminya tidak tega, akhirnya suamiku nunggu diluar deh.
BalasHapusAku dulu pas Maxy juga akan dicaesar krn anaknya mungil khawatir gak bisa nahan semacam kontraksi gtu haha. Akhirnya udh tanda tangan surat utk tindakan, eh maxy mrocot sendiri wkwkwk. Yawslah apapun metode lahirannya, dokter pastinya jg punya pertimbangan itu yg terbaik, yg penting skrng sehat2 emak dan anaknya :D
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusEmm, baca postingan ini bener2 bikin aku meneteskan air mata. Begitu besar perjuangan menjadi seorang ibu. Dari mulai hamil, akan melahirkan, dan pada saat melahirkan pun benar2 penuh perjuangan. Makanya kalo ada yg bilang ibu lahiran sesar iku nggak onok perjuangane berarti pikiran doi yg nggak normal. Lha wong, operasi sesar saja harus siap fisik dan mental, siap segala-galanya kok ko dibilang gak ada perjuangan. Ya Allah, liat sasa kecil rasanya pengen cium peluk. Huhu~~
BalasHapusMakasih udah sharing mbak, bener2 jd pembelajaran buat aku dan persiapan juga jadi calon ibu. 😌
Ra bisa foto2 di rspi gt ya. Ijin dulukah kalau mau gt.
BalasHapusSemangat ra. Sesar normal sama aja. Tinggal ngerawat aja kita😘
Minta ke dokternyaa terus hp kita di bawa perawatnya....
HapusDedeknya lucu Mbak...
BalasHapusAku dulu juga SC kom Mbak, udah buka 6 tp panggul sempit. Jadi pengen kutulis juga... Hehehe
Dan aku dulu pernah kena nyinyir karena lahiran SC...
Aku dua kali melahirkan cesar mbak dan keduanya ga bisa ditemani suami di dalam ruang operasi. Keputusan cesar juga kan karena dokter yang merekomendasikan, masa iya mau tetap normal kalau ada masalah ya.
BalasHapusYang penting sehat & tetap jadi ibu lah
sebagai yg pernah melihat sendiri dan membantu pelaksanaan operasi SC, saya salut pada para Ibu yg dengan tegar melaluinya. gak mudah loh...perlu keberanian untuk melewati nya
BalasHapusDokumentasi kelahiran nya lengkap ya mbak Rara. Seneng liat foto-foto nua
BalasHapusSelamat ya Mba, moga mba dan dedeknya sehat terus, aku anaknya normal semu nih, jadi berempati banget ama emak2 yang lahiran operasi, sehat terus yah
BalasHapusTerkadang semangat dan keinginan untuk lahiran normal sangat kuat tapi apa daya tubuh yang tidak sesuai harapan.
BalasHapusAih, terharu membaca cerita melahirkanmu, Mbak. Alhamdulillah lahir dengan selamat dan kalian sehat yaa. Detail banget lho jadi bisa bayangin gimana itu ruang operasi. Semoga aku ga perlu masuk ke sana >,< malah takut dikelilingi banyak dokter.
BalasHapusMashaAllah~
BalasHapusPerjuangan seorang Ibu membawa nyawa ke dunia.
Allahu Akbar.
Semoga sehat terus yaa, kak...
Ya Alloh, Mbak. Perjuanganmu akhirnya terbayar sudah. Selamat datang ke dunia putri kecil. Mau lahiran normal maupun SC, kamu tetaplah ibu yang terbaik untuk putrimu :)
BalasHapus