Mungkin Tuhan sedang bercanda saat mempertemukan kita. Sampai saat ini masih saja ada pertanyaan, “Kok bisa…”
Sampai saat ini setiap punya kesempatan memandangimu lama aku bertanya kebaikan apa yang sudah aku lakukan sebagai manusia. Perasaan selama ini masih banyak kurangnya, Kadang lupa berdoa. Lebih sering merayu Tuhan hanya saat ada maunya. Tapi dia tetap memberi sumber kehangatan di dada. Kehadiranmu, jadi buktinya.
Sepanjang hidup sudah banyak episode doa yang aku alami. Mulai dari doa yang dijawab dengan gelengan pasti, diiyakan dengan imbuhan ‘Nanti’, sampai ditolak karena Ia lebih tahu apa yang harus diberi. Bersamamu kali ini adalah antitesis dari seluruh perjalanan doa yang pernah terjadi.
Kamu adalah doa yang terkabulkan. Untuk itu aku mengucap syukur tak berkesudahan.
Lantai kamar dan sujud panjang jadi saksinya, Bertahun-tahun lalu dalam malam-malam panjang yang sepi, sempat aku paksa diri bangun tengah malam untuk mencium kakiNya yang paling suci. Saat itu rasanya tubuh ini sudah kehabisan kendali.
Ke mana-mana berdua jelas membuat bahagia. Namun diam-diam Tuhan mempertemukan dengannya yang penuh jeda dan jauh dalam genggaman. Dia yang tidak harus selalu bertukar kabar setiap waktu. Tapi hati dan komitmennya tak pernah menipu.
Mungkin Tuhan sedang bercanda saat mempertemukan kita. Sampai saat ini masih saja ada pertanyaan, “Kok bisa…”
Kita ini seperti dua kutub yang tak pernah terbayang titik temunya. Berubahnya aku dan kamu jadi ‘Kita’ kadang kurang masuk akal dalam jalan rasional manusia. Waktumu lebih banyak habis di tempat mu menimba ilmu dan lalu dilautan lepas untuk bekerja. Sekilas kita pun tak bisa bersisian dengan damai sebagai dua orang dewasa.
Namun pelukan dan rengkuhmu jadi jawaban atas semua pertanyaan yang memenuhi kepala. Kamu jadi tanda tanda titik yang mengakhiri pertanyaan, “Setelah ini apa?” Kehadiranmu memberi aku alasan untuk menepi dan berhenti mencari. Meski tak selalu bersama setiap waktu ada rasa cukup di hati setiap mengingat kamu.
Kamu adalah doa yang terwujud. Terkabulnya pengharapan ini membuat semua bahagia larut Ingin rasanya membiarkanmu merengkuhku. Melumat ku jadi lembek seperti tanah liat yang kehilangan daya sebagai bukti bahagia. Tulang sedikit remuk atau memar pun tak apa, selama itu berarti bisa kamu peluk lama. Dari terlalu banyak doa yang tidak ia terima, saya bersukur bahwa kamu adalah harapan yang diwujudkannya. Bersulang untuk kedatanganmu. Bersulang untuk cinta yang membebaskan itu.
Barangkali Tuhan sedang bercanda saat mempertemukan kita. Kali ini selera humornya sungguh apik level dewa.
“Saya tidak sebaik itu, tapi Tuhan memberi kamu.”
Sampai saat ini setiap punya kesempatan memandangimu lama aku bertanya kebaikan apa yang sudah aku lakukan sebagai manusia. Perasaan selama ini masih banyak kurangnya, Kadang lupa berdoa. Lebih sering merayu Tuhan hanya saat ada maunya. Tapi dia tetap memberi sumber kehangatan di dada. Kehadiranmu, jadi buktinya.
Sepanjang hidup sudah banyak episode doa yang aku alami. Mulai dari doa yang dijawab dengan gelengan pasti, diiyakan dengan imbuhan ‘Nanti’, sampai ditolak karena Ia lebih tahu apa yang harus diberi. Bersamamu kali ini adalah antitesis dari seluruh perjalanan doa yang pernah terjadi.
Kamu adalah doa yang terkabulkan. Untuk itu aku mengucap syukur tak berkesudahan.
Lantai kamar dan sujud panjang jadi saksinya, Bertahun-tahun lalu dalam malam-malam panjang yang sepi, sempat aku paksa diri bangun tengah malam untuk mencium kakiNya yang paling suci. Saat itu rasanya tubuh ini sudah kehabisan kendali.
Ke mana-mana berdua jelas membuat bahagia. Namun diam-diam Tuhan mempertemukan dengannya yang penuh jeda dan jauh dalam genggaman. Dia yang tidak harus selalu bertukar kabar setiap waktu. Tapi hati dan komitmennya tak pernah menipu.
Mungkin Tuhan sedang bercanda saat mempertemukan kita. Sampai saat ini masih saja ada pertanyaan, “Kok bisa…”
Kita ini seperti dua kutub yang tak pernah terbayang titik temunya. Berubahnya aku dan kamu jadi ‘Kita’ kadang kurang masuk akal dalam jalan rasional manusia. Waktumu lebih banyak habis di tempat mu menimba ilmu dan lalu dilautan lepas untuk bekerja. Sekilas kita pun tak bisa bersisian dengan damai sebagai dua orang dewasa.
Namun pelukan dan rengkuhmu jadi jawaban atas semua pertanyaan yang memenuhi kepala. Kamu jadi tanda tanda titik yang mengakhiri pertanyaan, “Setelah ini apa?” Kehadiranmu memberi aku alasan untuk menepi dan berhenti mencari. Meski tak selalu bersama setiap waktu ada rasa cukup di hati setiap mengingat kamu.
Kamu adalah doa yang terwujud. Terkabulnya pengharapan ini membuat semua bahagia larut Ingin rasanya membiarkanmu merengkuhku. Melumat ku jadi lembek seperti tanah liat yang kehilangan daya sebagai bukti bahagia. Tulang sedikit remuk atau memar pun tak apa, selama itu berarti bisa kamu peluk lama. Dari terlalu banyak doa yang tidak ia terima, saya bersukur bahwa kamu adalah harapan yang diwujudkannya. Bersulang untuk kedatanganmu. Bersulang untuk cinta yang membebaskan itu.
Barangkali Tuhan sedang bercanda saat mempertemukan kita. Kali ini selera humornya sungguh apik level dewa.
“Saya tidak sebaik itu, tapi Tuhan memberi kamu.”