Belajar Menjadi Penulis

Mungkin Tuhan sedang bercanda saat mempertemukan kita. Sampai saat ini masih saja ada pertanyaan, “Kok bisa…”



Sampai saat ini setiap punya kesempatan memandangimu lama aku bertanya kebaikan apa yang sudah aku lakukan sebagai manusia. Perasaan selama ini masih banyak kurangnya, Kadang lupa berdoa. Lebih sering merayu Tuhan hanya saat ada maunya. Tapi dia tetap memberi sumber kehangatan di dada. Kehadiranmu, jadi buktinya.

Sepanjang hidup sudah banyak episode doa yang aku alami. Mulai dari doa yang dijawab dengan gelengan pasti, diiyakan dengan imbuhan ‘Nanti’, sampai ditolak karena Ia lebih tahu apa yang harus diberi. Bersamamu kali ini adalah antitesis dari seluruh perjalanan doa yang pernah terjadi.

Kamu adalah doa yang terkabulkan. Untuk itu aku mengucap syukur tak berkesudahan.
Lantai kamar dan sujud panjang jadi saksinya, Bertahun-tahun lalu dalam malam-malam panjang yang sepi, sempat aku paksa diri bangun tengah malam untuk mencium kakiNya yang paling suci. Saat itu rasanya tubuh ini sudah kehabisan kendali.

Ke mana-mana berdua jelas membuat bahagia. Namun diam-diam Tuhan mempertemukan dengannya yang penuh jeda dan jauh dalam genggaman. Dia yang tidak harus selalu bertukar kabar setiap waktu. Tapi hati dan komitmennya tak pernah menipu.

Mungkin Tuhan sedang bercanda saat mempertemukan kita. Sampai saat ini masih saja ada pertanyaan, “Kok bisa…”

Kita ini seperti dua kutub yang tak pernah terbayang titik temunya. Berubahnya aku dan kamu jadi ‘Kita’ kadang kurang masuk akal dalam jalan rasional manusia. Waktumu lebih banyak habis di tempat mu menimba ilmu dan lalu dilautan lepas untuk bekerja. Sekilas kita pun tak bisa bersisian dengan damai sebagai dua orang dewasa.

Namun pelukan dan rengkuhmu jadi jawaban atas semua pertanyaan yang memenuhi kepala. Kamu jadi tanda tanda titik yang mengakhiri pertanyaan, “Setelah ini apa?”  Kehadiranmu memberi aku alasan untuk menepi dan berhenti mencari. Meski tak selalu bersama setiap waktu ada rasa cukup di hati setiap mengingat kamu.

Kamu adalah doa yang terwujud. Terkabulnya pengharapan ini membuat semua bahagia larut Ingin rasanya membiarkanmu merengkuhku. Melumat ku jadi lembek seperti tanah liat yang kehilangan daya sebagai bukti bahagia. Tulang sedikit remuk atau memar pun tak apa, selama itu berarti bisa kamu peluk lama. Dari terlalu banyak doa yang tidak ia terima, saya bersukur bahwa kamu adalah harapan yang diwujudkannya. Bersulang untuk kedatanganmu. Bersulang untuk cinta yang membebaskan itu.

Barangkali Tuhan sedang bercanda saat mempertemukan kita. Kali ini selera humornya sungguh apik level dewa.

“Saya tidak sebaik itu, tapi Tuhan memberi kamu.”

Istri Wajib Minta Cerai Untuk Hal-hal Seperti Ini

Istri Wajib Minta Cerai Untuk Hal-hal Seperti Ini
Perceraian adalah perbuatan halal yang paling dibenci Allah. Tetapi ada beberapa hal yang membuat wanita mesti meminta diceraikan dari suaminya. Para ulama telah menyebutkan perkara-perkara yang membolehkan seorang wanita meminta khulu’ (pisah) dari suaminya.


Diantara perkara-perkara tersebut adalah :
1. Apabila suami dengan sengaja dan jelas dalam perbuatan dan tingkah lakunya telah membenci istri nya, namun suami tersebut sengaja tidak mau menceraikan istri nya.

2. Perangai atau sikap seorang suami yang suka mendholimi istri nya, contohnya suami suka menghina istri nya, suka menganiaya, mencaci maki dengan perkataan yang kotor.

3. Seorang suami yang tidak menjalankan kewajiban agamanya, seperti contoh seorang suami yang gemar berbuat dosa, suka minum bir (khomr), suka berjudi, suka berzina (selingkuh), suka meninggalkan shalat, dan seterusnya

4. Seorang suami yang tidak melaksanakan hak ataupun kewajibannya terhadap sang istri.Seperti contoh sang suami tidak mau memberikan nafkah kepada istri nya, tidak mau membelikan kebutuhan (primer) istri nya seperti pakaian, makan dll padahal sang suami mampu untuk membelikannya.

5. Seorang suami yang tidak mampu menggauli istri nya dengan baik, seperti seorang suami yang cacat, tidak mampu memberikan nafkah batin (jimak), atau jika dia seorang yang berpoligami dia tidak adil terhadap istri-istrinya dalam mabit (jatah menginap), atau tidak mau, jarang, enggan untuk memenuhi hasrat seorang istri karena lebih suka kepada yang lainnya.

6. Hilangnya kabar tentang keberadaan sang sang suami, apakah sang suami sudah meninggal atau masih hidup, dan terputusnya kabar tersebut sudah berjalan selama beberapa tahun. Dalam salah satu riwayat dari Umar Radhiyallahuanhu, kurang lebih 4 tahun.

Diriwayatkan dari Umar Ra bahwasanya telah datang seorang wanita kepadanya yang kehilangan kabar tentang keberadaan suaminya. Lantas Umar berkata: tunggulah selama empat tahun, dan wanita tersebut melakukannya. Kemudian datang lagi (setelah empat tahun). Umar berkata: tunggulah (masa idah) selama empat bulan sepuluh hari. Kemudian wanita tersebut melakukannya. Dan saat datang kembali, Umar berkata: siapakah wali dari lelaki (suami) perempuan ini? kemudian mereka mendatangkan wali tersebut dan Umar berkata: “ceraikanlah dia”, lalu diceraikannya. Lantas Umar berkata kepada wanita tersebut: “Menikahlah (lagi) dengan laki-laki yang kamu kehendaki”.

7. Jika sang istri membenci suaminya bukan karena akhlak yang buruk, dan juga bukan karena agama suami yang buruk. Akan tetapi sang istri tidak bisa mencintai sang suami karena kekurangan pada jasadnya, seperti cacat, atau suami yang buruk rupa. Dansang wanita khawatir tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai istri sehingga tidak bisa menunaikan hak-hak suaminya dengan baik.

“Bahwasanya istri Tsaabit bin Qois mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, suamiku Tsaabit bin Qoistidaklah aku mencela akhlaknya dan tidak pula agamanya, akan tetapi aku takut berbuat kekufuran dalam Islam”.

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,”Apakah engkau (bersedia) mengembalikan kebunnya (yang ia berikan sebagai maharmu-pen)?”.Maka ia berkata, “Iya”. Rasulullah pun berkata kepada Tsaabit,”Terimalah kembali kebun tersebut dan ceraikanlah ia !”(HR Al-Bukhari no 5373). (mozaik.inilah)